Pengembangan Karakter Siswa Melalui Tembang Pangkur dalam Serat Wedhatama
DOI:
https://doi.org/10.20961/imscs.v1i1.481Keywords:
Tembang Pangkur, Serat Wedhatama, Karakter SiswaAbstract
Abstract: Character education is not just teaching what is right and what is wrong, more than that, character education instills habits (habituation) about what is good so that students become aware (cognitive) of what is right and wrong, able to feel (affective) good values and usually do it (psychomotor). One of the steps to overcome this is to return to Indonesia's local culture as a foundation in social life, especially Javanese society. Javanese culture is thousands of years old. One part of the culture is art, especially the art of song. The art of song in Javanese culture contains aesthetic, ethical and historical elements Wedhatama fiber (origin of the word in Javanese; Wredhatama) is one of the masterpieces of poets as well as great artists who create various kinds of dance (beksa) and song. Wayang orang, wayang madya, creator of Langendriyan suits (often used as Javanese/Solo traditional bridal wear). Tembang pangkur in general and specifically in the Wedhatama fiber has very good character values, namely: Moral guidance in terms of personal ethics as a personal builder, moral guidance in social ethics.
Abstrak: Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Salah satu langkah untuk mengatasi hal ini yaitu kembali ke budaya lokal Indonesia sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya masyarakat Jawa. Kebudayaan Jawa telah berusia ribuan tahun. Salah satu bagian dari kebudayaan tersebut adalah kesenian, khususnya seni tembang. Seni tembang dalam budaya Jawa mengandung unsur estetis, etis dan historis Serat Wedhatama (asal kata dalam bahasa Jawa; Wredhatama) merupakan salah satu karya agung pujangga sekaligus seniman besar pencipta berbagai macam seni tari (beksa) dan tembang. Wayang orang, wayang madya, pencipta jas Langendriyan (sering digunakan sebagai pakaian pengantin adat Jawa/Solo). Tembang pangkur secara umum dan secara khusus dalam serat Wedhatama mempunya nilai-nilai karakter yang sangat baik, yaitu: Tuntunan moral dalam hal etika pribadi sebagai pembangun pribadi, Tuntunan moral dalam etika sosial.
References
Ahmadi, H. abu. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009, Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas, Jakarta.
Durkhrim, Emile. 1990, Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Erlangga
Eko Budiharjo. 2003, Improvisasi / Inovasi Pembelajaran Menuju Pendidikan Yang Sarat Nilai Moral, Seminar Peningkatan Kualitas Bangsa Melalui Pendidikan Berbasis Kompetensi Bervisi Moral. Yogyakarta : UNY
Gubernur Jawa Tengah, 2005. SK Nomor : 895.5/01/2005 Kurikulum Bahasa Jawa Tahun 2004 Untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTS/SMPLB, dan SMA/MA/SMK/SMALB Negeri dan Swasta. Propinsi Jawa Tengah.
Kadijo, 2003. Penyajian Bahan Ajar Bahasa Jawa pada Buku Pendidikan Dasar. Semarang: CV Redijaya( Rosda Grup)
Paul Suparno. 2002. Pendidikan Budi Pekerti di Sekolah Suatu Tinjauan Umum. Yogyakarta : Kanisius
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Balitbang : Kemendiknas.
Sudjarwadi, I.E. Prof. 2006. Makalah. Strategi Pembelajaran Bahasa Jawa Bagi Anak-Anak. Semarang : kongres Bahasa Jawa IV.
https://janaloka.wordpress.com/2012/07/05/serat-Wedhatama-bagian-i-tembang-pangkur/