Makna Simbolis: Sasmita Tembang Naskah Serat Sajarah Urun Wijining Karaton

Authors

  • Lindha Purnawikaraningaji SMPN NEGERI 2 BOGOREJO

DOI:

https://doi.org/10.20961/imscs.v1i1.491

Keywords:

Naskah, Sasmita Tembang, Simbol

Abstract

Abstract: Indonesia is one of the rich countries. One of the wealth in Indonesia is Javanese manuscripts. Manuscript is one of the cultures of human works. Javanese manuscripts as a part of culture have many symbols, such as those found in the manuscript of Serat Sajarah Urun Wijining Karaton. The process of realizing symbols is very necessary, it aims to make it easier for humans to try to understand their relationship with the creator, nature, and fellow humans, as well as the supernatural realm. The way the song is named in each pupuh is written symbolically or semiotic, with a system of signs. These symbols are the use of sasmita tembang at the beginning and end of each pupuh when entering a new tembang. This is so that readers of the manuscript of Serat Sajarah Urun Wijining Karaton know what the next song will be.

Abstrak: Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya raya. Salah satu kekayaan di Indonesia adalah naskah manuskrip Jawa. Naskah merupakan salah satu kebudayaan hasil karya manusia. Naskah Jawa sebagai salah satu bagian dari kebudayaan sangat banyak memiliki simbol-simbol, seperti yang terdapat di dalam naskah Serat Sajarah Urun Wijining Karaton. Proses mewujudkan simbol-simbol sangat diperlukan, hal itu bertujuan mempermudah manusia berupaya memahami hubungannya dengan Sang pencipta, alam, dan sesama manusia, maupun alam gaib. Cara pemberian nama tembang di setiap pupuh tersebut ditulis secara simbolis atau semiotik, dengan sistem tanda-tanda. Simbol-simbol tersebut adalah pemakaian sasmita tembang disetiap awal dan akhir pupuh ketika akan memasuki tembang baru. Hal ini dimaksudkan agar para pembaca naskah Serat Sajarah Urun Wijining Karaton  mengetahui bahwa tembang selanjutnya berbentuk apa.

References

Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika: Tanda - Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Cassirer, Ernest. 1990. Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Essei tentang Manusia (terj. Alois A. Nugroho). Jakarta: Gramedia.

Girardet, Nikolaus. 1983. Descriptiveof The Javanese Manuscripts and Printed Book In The Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta. Wiebaden: Frans Steiner Veirlag GMBH.

Hans, Daeng J. 1992. Diktat Pengantar Antropologi Seni. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Herawati, Enis Niken. 2010. Makna Simbolik dalam Tatarakit Tari Bedhaya. Jurnal Tradisi Vol. 1 No. 1 ISSN 2087 5282.

Herusatoto, Budiono. 2008. Simbolisme Jawa. Yogyakarta: Ombak.

Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia.

Langer, Suzane K. 1988. Problematika Seni (Terj. FX Widaryanto). Bandung: ASTI Bandung.

Pertiwi, Kusuma Ratnaningtyas. 2016. Serat Sajarah Urun Wijining Karaton (Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra (Dari Strukturalisme Hingga Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

R.S. Subalidinata. 1994. Sarining Kasusastran Djawa. Jogjakarta: P.T. Jaker.

Suwanto, Yohanes dkk. Sasmita Tembang Macapat (Suatu Kajian Pragmatik). Seminar Nasional Prasasti (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

Teeuw, A. 1982. Sastra Dan Ilmu Sastra. Jakarta: Dunia Pustaka.

Widodo, Sisyono Eko, dkk. 2012. Iluminasi dan Ilustrasi Naskah Jawa di Perpustakaan Sana Pustaka Karaton Surakarta (Sebuah Kajian Kodikologis). Jurnal ATAVISME. Vol. 15 No. 2 Edisi Desember 2012: 209-220.

Published

30-04-2023