Watanasachi: Strategi Penyelamatan Hutan di Pulau Jawa
Keywords:
agroforestry, hutan, lestari, optimalisasi lahan, sacha inchiAbstract
Meningkatnya jumlah penduduk Desa Banyurip Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen menyebabkan tekanan terhadap hutan semakin tinggi. Praktik budidaya pertanian yang tidak ramah lingkungan turut berperan pada kerusakan hutan. Tutupan pohon yang rendah berdampak pada kekeringan ekstrim. Pada saat puncak kemarau, 90 % wilayah desa membutuhkan kiriman air bersih. Di sisi lain, angka kemiskinan Desa Banyurip jauh lebih tinggi dari rata-rata kemiskinan di Kabupaten Sragen maupun Provinsi Jawa Tengah. Seiring dengan persetujuan Perhutanan Sosial yang diterima, LMDH Banyurip Lestari bertekad mewujudkan masyarakat sejahtera dan berketahanan iklim. Pemanfaatan lahan di bawah tegakan perlu menerapkan pengelolaan hutan lestari, salah satunya adalah Agrosilvopastura (wana tani ternak). Melalui wana tani ternak, hutan dapat menghasilkan kayu sebagai tanaman pokok, tanaman pertanian, dan hijauan makanan ternak. Anggota LMDH telah membudidayakan tanaman sacha inchi (Plukenetia volubilis) di bawah tegakan jati melalui sistem kemitraan dengan PT. Samira. Tanaman merambat ini produktif dan adaptif meski ditanam di bawah tegakan. Sebagai superfood baru, biji sacha inchi kaya omega 3-6-9, yang bermanfaat bagi kecerdasan anak. Banyak manfaat lainnya yang diperolah dari berbagai bagian tanaman ini. Sementara itu, batas antar lahan garapan anggota ditanami rumput odot. Selain tanda batas, juga sebagai pakan ternak. Dengan demikian, melalui budidaya sacha inchi petani memperoleh manfaat ekonomi yang tinggi dan hutan menjadi lestari. Oleh karena itu, Watanasachi (Wana Tani Ternak Sacha Inchi) dapat menjadi salah satu strategi dalam penyelamatan hutan di Pulau Jawa. Agar manfaat watanasachi semakin dirasakan, maka diperlukan kolaborasi pentahelix yang berkelanjutan.